Koperasi dan Rumah Bibit BSA Mangli, Buktikan Perempuan Mampu
“Apa bisa perempuan mendirikan koperasi pembibitan? apa bisa langgeng? apa bisa bertahan ?” Ucapan-ucapan pesimis itu kerap kali didengar oleh para Anggota Balai Sakinah ‘Aisyiyah Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Sahmi, Sekretaris Koperasi Berkah Surya Setaman yang menaungi rumah pembibitan menyampaikan ia dan teman-teman sudah kebal mendengar kalimat-kalimat pesimis semacam itu, karena kalimat serupa sudah terdengar saat ia bersama perempuan Desa Mangli lainnya membentuk Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) dampingan program ‘Aisyiyah MAMPU. “Kami sejak awal mendirikan BSA juga sudah sering mendengar hal seperti itu, sudah biasa, tetap maju saja, kita tetap semangat, Bismillah, ikhtiar kita Alhamdulillah bisa mendirikan koperasi itu suatu anugerah,” ungkap Sahmi.
Wartiyah, Ketua Koperasi Berkah Surya Setaman menyampaikan bahwa koperasi ini awalnya terbentuk karena para perempuan anggota BSA ingin membentuk wadah untuk memajukan basis kegiatan di tani yaitu membantu pemasaran. “Awal mulanya kami ingin membentuk koperasi untuk wadah pengepul sayur-mayur yang kami panen,” ujar Wartiyah. Akan tetapi setelah berdiskusi lebih lanjut para perempuan BSA ini melihat bahwa pengepul sayur organik yang seperti mereka tanam masih belum diminati oleh masyarakat luas sedangkan pengepul sayur non organik sudah banyak pesaingnya. “Awalnya rencana kami mengepul sayur kemudian memasarkan tetapi setelah dipikirkan kembali untuk pembibitan lebih menguntungkan,” jelasnya.
Fakta bahwa para petani di Mangli harus ke luar desa untuk membeli bibit menambah keyakinan para perempuan BSA ini untuk mendirikan koperasi rumah pembibitan pada tahun 2020. “Para petani di Desa Mangli ini kalau membeli bibit harus ke Ngablak, karena itu kami meyakinkan diri bahwa akan sangat membantu sekali untuk warga sini jika bisa beli bibit di Mangli,” ujar Wartiyah.
Jalan mendirikan koperasi dan membangun rumah pembibitan bukanlah jalan yang mulus. Diakui oleh Sahmi, pendanaan dan tenaga menjadi kendala awal dalam perjalanan mereka. “Kami mendirikan koperasi juga tidak punya biaya, hanya ada dana 1.700.00 tapi rumah bibit itu habisnya 5 juta, kami bertanya-tanya duit e ki soko endi, tapi alhamdulillah kami merasakan manfaatnya saat kita berkelompok itu bisa saling urun dan sambung menyambung masalah biaya,” kisah Sahmi.
Untuk permasalahan tenaga pun mereka sangat berterimakasih karena suami-suami dari ibu-ibu anggota BSA yang menjadi anggota koperasi turut urun tenaga membantu berdirinya rumah bibit ini. “Kami melibatkan bapak-bapak yang istrinya ikut koperasi, para bapak itu sangat antusias luar biasa, apalagi yang sangat kami salut anggota yang dari Mangli Mbojong suaminya selalu ikut kegiatan di koperasi terutama kegiatan rumah bibit, kami sangat terharu.”
Sahmi mengaku saat ini sewa lahan untuk rumah pembibitan sudah terlunasi. Kemudian juga secara bertahap sudah mulai melunasi pinjaman uang para anggota koperasi yang digunakan untuk pembangunan rumah bibit.
“Alhamdulillah rumah pembibitan ini sudah berjalan, tadinya kami takut kalau tidak laku, mikire gini mba, kita pesimis sama kegiatan kita, ah apa yo payu bibit kita ini?” ujar Sahmi. Saat ini ketakutan itu dapat mereka lalui dengan senyum keberhasilan karena hampir semua bibit yang dibuat sudah ada yang memesan. “Awalnya rumah bibit ini kami mulai hanya dengan 29 beki dan kita mulai dari lahan yang kecil, kemudian kita memberanikan diri memperluas lahan, alhamdulillah setelah luas lahan, dari luar dusun pun beli di kami.” Sahmi menyampaikan petani yang membeli bibit di Koperasi Berkah Surya Setaman saat ini sudah berasal dari 3 dusun yakni Mangli Krajan, Mangli Mbojong, dan Mangli Dadapan. “Alhamdulillah melalui gethuk tular saja rumah pembibitan kami diminati.”
Disampaikan oleh Wartiyah bahkan rumah pembibitan saat ini belum bisa memenuhi permintaan bibit yang masuk. “Setiap orang bisa 20 sampai 30 beki sekali beli,” ungkap Wartiyah. Ia menyebut dalam satu beki berisi sekitar 400 bibit dan permintaan yang masuk perbulan dikisaran 300 beki dan akan semakin banyak jika di musim penghujan, tetapi pihaknya belum dapat memenuhi permintaan tersebut.
Wartiyah bersyukur karena kerja keras para ibu anggota BSA di koperasi dan rumah pembibitan ini mulai menunjukkan hasilnya.
“Alhamdulillah setiap bulannya kan ada piket, per piket ada gaji yg diberikan, kmudian setiap membuat bibit atau ngepot setiap beki dihitung Rp. 4000, perbulan ada yang bisa membuat 50-100 beki sehingga bisa menambah perekonomian keluarga,” terangnya.
Wartiyah berharap Koperasi dan Rumah Pembibitan ini dapat semakin maju dan bisa memenuhi kebutuhan pembibitan di Desa Mangli bahkan sampai ke se-Kabupaten Magelang. “Mudah-mudahan ibu-ibu selalu semangat dan istiqomah berkoperasi dan produktif di rumah pembibitan ini.” (Suri)